Frontier: Karakter Unik Konsumen Indonesia #10 Rendah Kesadaran Terhadap Lingkungan
Oleh : Rinella Putri
(Vibiznews – Sales & Marketing) – Setelah membahas 9 karakter unik konsumen Indonesia pada artikel-artikel sebelumnya, kini kita tiba pada karakter yang terakhir, yakni Rendah Kesadaran Terhadap Lingkungan.
Berbeda dengan tren di dunia, dimana konsumen sudah mulai memiliki kesadaran lingkungan, sehingga ini berimplikasi pada pilihan produk yang mereka beli, maka di Indonesia tidak demikian. Di Indonesia, konsumen kurang mempertimbangkan faktor lingkungan dalam memilih produk. Misalnya, The Body Shop berhasil menangguk sukses di Inggris dengan positioning sebagai produk yang ramah hewan dan lingkungan. Namun, di Indonesia kesuksesan The Body Shop lebih kepada faktor lifestyle dan gengsi (karena harga yang premium).Karakter ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat pendidikan dan pendapatan yang menyebabkan konsumen kurang peduli terhadap lingkungan. Apalagi konsumen menengah ke bawah, bagaimana kita mengharapkan mereka bisa punya kesadaran lingkungan yang tinggi, jika untuk kehidupan sehari-hari mereka harus berjuang mati-matian?
Lalu, bagaimana implikasi strategi yang harus diterapkan pemasar?
Sebelum memasukkan elemen ‘ramah lingkungan’ pada suatu produk, maka pertimbangkan dengan baik, karena kesadaran konsumen saat inimasih rendah. Mungkin akan lebih baik jika elemen lingkungan Anda masukkan dalam level korporat dengan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).
Seandainya pemasar ingin mengeluarkan produk ramah lingkungan, maka mungkin bisa menargetkan untuk produk-produk bagi konsumen menengah ke atas. Mengapa? Karena selain mereka lebih teredukasi mengenai masalah lingkungan, mereka juga mempunyai daya beli yang lebih tinggi, seandainya Anda menerapkan harga premium.
Sebelum meluncurkan produk, maka lakukan riset pasar mengenai apakah konsumen menginginkan produk yang ramah lingkungan. Karena pada umumnya, harga dan kualitas masih menjadi faktor yang utama bagi konsumen.
Namun berbeda halnya jika Anda ingin meluncurkan produk bagi konsumen internasional. Mereka sudah memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi, serta bersedia membayar premium untuk produk yang ramah lingkungan. Sehingga, jika Anda menyasar pasar internasional, maka produk yang ramah lingkungan berpotensi besar untuk sukses.
Meskipun saat ini faktor lingkungan belum menjadi faktor penting bagi konsumen Indonesia dalam memilih produk, namun kedepannya tren dunia ini akan semakin berkembang. Pemerintah Indonesia juga turut mendukung hal ini, dengan diberlakukannya Undang-Undang CSR yang masuk pada Undang-Undang PT Pasal 74, yang pada intinya mewajibkan perseroan yang menjalankan usahanya pada bidang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan CSR dan menganggarkan dana untuk itu, serta terdapat sanksi bagi yang mengingkari peraturan ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku
Sumber : Kotler & Amstrong (2001:196)
Sikap konsumen akan mempengaruhi pilihannya dalam membeli, dimana seseorang mempunyai sikap terhadap segala sesuatu, misalnya : agama, politik, pakaian, makanan, dan lain-lain. Sikap menempatkan seseorang dalam kerangka berpikir, menyukai atau tidak menyukai, menghampiri atau menjual. Menurut Azwar (1988:24) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu : pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap konsumen bisa diubah. Dua cara lain yang bisa dilakukan pemasar untuk mempengaruhi seseorang untuk membeli produk atau merek yaitu : menyesuaikan atribut-atribut produknya dengan sikap konsumen yang telah ada, atau dengan mengubah sikap konsumen. Pilihan manapun dilakukan tentunya didasarkan pada biaya yang dikeluarkan untuk setiap alternatif.
Menurut Krech dan Crutch field (1984:152), sikap adalah suatu organisasi yang abadi tentang motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif mengenai beberapa aspek lingkungannya. Menurut Fishbein & Aizein (1975:6), sikap merupakan suatu kecenderungan yang terpelajari dalam memberikan respon menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten mengenai obyek tertentu. Sedangkan menurut Loudon dan Bitta (1993:423), sikap merupakan penilaian positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, setuju atau tidak setuju dari perasaan seseorang terhadap suatu obyek. Namun selanjutnya Fishbein (1993:422) menyatakan bahwa lebih dari 100 definisi tentang sikap, dengan demikian maka belum ada kesepakatan yang baru tentang definisi sikap.
Sumber : http://vibizmanagement.com/journal/index/category/sales_marketing/132/310
Sumber : Kotler & Amstrong (2001:196)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar